PERSIAPAN PERANCANGAN JEMBATAN
Pertimbangan
dalam Perancanaan
- Pembuatan Dokumen ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
Pembuatan ANDAL ini bertujuan
untuk memngetahui dampak apa saja yang akan terjadi jika dilakukan suatu
kegiatan di area tersebut. Hal ini dilakukan agar tidak terjadinya kesalah
fahaman antara pekerja Proyek dengan Pemerintah dan Masyarakat sekitar.
- Umur Rencana Jembatan
Umur rencana jembatan stándar adalah
50 tahun dan jembatan khusus adalah 100 tahun. Umur rencana untuk jembatan
permanen minimal 50 tahun. Jembatan dengan umur rencana lebih panjang harus direncanakan
untuk aksi yang mempunyai periode ulang lebih panjang.
- Geometrik
Lebar jembatan ditentukan berdasarkan
kebutuhan kendaraan yang lewat setiap jam, makin ramai kendaraan yang lewat
maka diperlukan lebar jembatan lebih besar.
· Superelevasi/Kemiringan Lantai Jembatan
Kemiringan
melintang lantai jembatan adalah 2%. Kemiringan memanjang jembatan adalah
tanjakan atau turunan pada saat melalui jembatan. Perbandingan kemiringan dari
tanjakan serta turunan tersebut disyaratkan sebagai berikut:
1.
Perbandingan 1:30 untuk kecepatan kendaraan > 90 km/jam.
2.
Perbandingan 1:20 untuk kecepatan kendaraan 60 s/d 90 km/jam.
3.
Perbandingan 1:10 untuk kecepatan kendaraan < 60 km/jam.
· Ruang Bebas Vertikal dan Horizontal
Ruang
bebas adalah jarak jagaan yang diberikan untuk menghindari rusaknya struktur
atas jembatan karena adanya tumbukan dari benda-benda hanyutan atau benda yang
lewat di bawah jembatan.
· Bidang permukaan jalan yang sejajar terhadap permukaan jembatan
Pemberian
syarat bidang datar dari permukaan jalan yang menghubungkan antara jalan dengan
jembatan dilakukan untuk meredam energi akibat tumbukan dari kendaraan yang
akan melewati jembatan. Bila hal ini tidak diberikan, dikhawatirkan akan
berakibat pada rusaknya struktur secara perlahan – lahan akibat dari tumbukan
kendaraan – kendaraan terutama kendaraan berat seperti truk atau kendaraan
berat lainnya.
- Memperhatikan faktor keamanan dan kemudahan dalam perawatan
Faktor keaamanan dan kemudahan
dalam perawatan harus difikirkan sejak awal agar bisa dimasukan dalam bagian
perancanaan dan anggaran dengan baik dan mudah.
- Lokasi dan Tata letak Jembatan
Lokasi jembatan menghindarkan
tikungan di atas jembatan dan oprit. Perletakan jembatan dipengaruhi oleh
pertimbangan – pertimbangan sebagai berikut:
1.
Teknik (aliran sungai, keadaan tanah).Aliran air dan alur sungai yang
stabil (tidak berpindah-pindah), tidak pada belokan sungai harus tegak lurus
terhadap sungai, dan usahan di di bangun pada bentang terpendek (lebar sungai
terkecil).
2.
Sosial (tingkat kebutuhan lalulintas).
3.
Estetika (keindahan).
Peraturan dalam Perencanaan
Jembatan maupun Perizinan
·
Peraturan
Mentri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 41/PRT/M/2015
Tentang Penyelenggaraan Keaamanan Jembatan dan Terowongan Jalan
·
SNI
1725:2016 Tentang Pembebanan untuk Jemabatan
Bagian-bagian dari Kontruksi
Jembatan
Bagain-bagian dari suatu
jembatan terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
Bangunan Atas (super struktur), yang terdiri atas:
1.
Gelagar-gelagar utama
(rangka utama), yang terbentang dari titik tumpu ke titik tumpu lain.
Gelagar-gelagar ini terdiri dari batang diagonal,
horizontal dan vertical yang membentuk rangka utama dan terletak pada kedua
sisi jembatan.
2.
Gelagar melintang,
berupa baja profil yang terletak di bawah lantai kendaraan, gunanya sebagai
pemikul lantai kendaraan.
3.
Lantai kendaraan, terletak
di atas gelagar melintang, biasanya terbuat dari kayu atau pasangan beton
bertulang dan seluruh lebar bagiannya digunakan untuk lalulintas kendaraan.
4.
Lantai trotoar, terletak
di pinggir sepanjang lantai kendaraan dan digunakan sebagai tempat pejalan
kaki.
5.
Pipa sandaran, terbuat
dari baja yang dipasang diantara tiang-tiang sandaran di pinggir sepanjang
jembatan atau tepi lantai trotoar dan merupakan pembatas dari kedua sisi
samping jembatan.
6.
Tinang sandaran, terbuat
dari beton bertulang atau baja profil dan ada juga yang langsung dipasang pada
rangka utama, gunanya untuk menahan pipa sandaran.
Bangunan bawah (sub structure), yang terdiri
dari:
1.
Pilar, berfungsi untuk
menyalurkan gaya-gaya vertical dan horizontal dari bangunan atas pada pondasi.
2.
Pangkal (abutment),
pangkal menyalurkan gaya vertical dan horizontal dari bangunan atas pada
pondasi dengan fungsi tambahan untuk mengadakan peralihan tumpuan dari timbunan
jalan pendekat ke bangunan atas jembatan. Ada beberapa tipe dan jenis abutment,
yaitu:
·
Tipe gravitasi, kontruksi terbuat dari
pasangan batu kali. Digunakan bila tanah
keras dekat dengan permukaan.
·
Tipe T terbalik
(kantilever), kontruksi terbuat dari beton bertulang, bentuknya langsing
sehingga dalam proses pembuatannya sangat mudah dari pada tipe-tipe yang lain.
·
Tipe dengan penopang,
bentuknya kontruksinya sama dengan tipe kantilever tetapi ditambahkan
penopang dibelakangnya, yang berguna untuk melawan pengaruh tekanan tanah dan
gaya angkat (bouyvancy).
Bentuk-bentuk Jembatan
- Jembatan Kayu Gelondong
Jembatan kayu
gelondongan adalah jembatan yang terjadi karena ada pohon yang tumbang dan
secara kebetulan memotong suatu sungai sehingga dapat digunakan sebagai
jembatan, tetapi dapat juga dengan sengaja direncanakan membangun jembatan yang
terbuat dari kaya gelondongan.
- Jembatan Busur
Merupakan jembatan
yang sudah dikenal zaman romawi yang dibangun dengan susunan batu yang diatur
sedemikian sehinga beban lalu lintas maupun jembatan itu sendiri yang dipikul
pada jembatan didistribusikan dengan baik pada kedua sisi abatemen jembatan,
untuk jembatan yang panjang digunakan lebih dari dua busur.
- Jemabatan Balok
Merupakan jembatan
yang paling sederhana kalau ditinjau dari bentuk struktural karena didukung
oleh penyangga/ubutment awal dan akhir dari dek jembatan, disebut juga sebagai beam bridge.
Konsep ini pada awalnya dikembangkan dua batang pohon (terbasuk batang kelapa)
yang dipasangin lantai.
- Jemabatan Kerangka
- Jemabatan Gantung
Jembatan gantung
atau dikenal sebagai Suspension Bridge merupakan digantungkan dengan
menggunakan tali untuk jembatan gantung yang sangat sederhana dan kabel baja
pada jembatan gantung besar.
- Jemabatan Kabel Penahan
Seperti jembatan
gantung, jembatan ini ditahan oleh kabel disebut juga sebagai Cable-Stayed
Bridge. Bedanya, selain jumlah kabel yang dibutuhkan lebih sedikit, jembatan
ini memiliki menara penahan kabel yang lebih pendek daripada jembatan gantung.
- Jembatan Penyangga
Jembatan penyangga
atau dikenal sebagai cantilever bridge merupakan jembatan balok disangga oleh
tiang penopang dikedua pangkalnya, maka jembatan penyangga hanya ditopang di
salah satu pangkalnya.
Beban-beban yang Bekerja
dalam Perencanaan Struktur Jemabatan
- Beban Primer (Beban Utama)
a.
Beban mati
Beban mati adalah beban yang berasal dari berat
jembatan itu sendiri yang ditinjau dan termaksud segala unsur tambahan tetap
yang merupakan satu kesatuan dengan jembatan. Untuk menemukan besar seluruhnya
ditentukan berdasarkan berat volume beban.
b.
Beban hidup
Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari
berat kendaraan-kendaraan yang bergerak dan pejalan kaki yang dianggap bekerja
pada jembatan. Penggunaan beban hidup di atas jembatan yang harus ditinjau
dalam dua macam beban yaitu beban “T” yang merupakan beban terpusat untuk
lantai kendaraan dan beban “D” yang merupakan beban jalur untuk gelagar.
- Beban Skunder
a. Beban Angin
Dalam perencanaan jembatan rangka batang, beban
angin lateral diasumsikan terjadi pada dua bidang yaitu:
·
Beban angin pada rangka utama.
Beban angin ini dipikul oleh ikatan angin atas dan
ikatan angin bawah.
·
Beban angin pada bidang kendaraan
Beban angin ini dipikul oleh ikatan angin bawah
saja. Dalam perencanaan untuk jembatan terbuka, beban angin yang terjadi
dipikul semua oleh ikatan angin bawah.
b. Gaya Akibat Perbedaan Suhu
Perbedaan suhu harus ditetapkan sesuai dengan
keadaan setempat yaitu dengan perbedaan suhu.
·
Bangunan Baja
1) Perbedaan suhu maksimum-minimum= 300C
2) Perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan= 150C
·
Bangunan Beton
1) Perbedaan suhu maksimum-minimum= 150C
2) Perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan=100C
Dan juga tergantung pada koefisien muai panjang
bahan yang dipakai misalnya:
·
Baja ε =12x10-6/0C
·
Beton ε =10x10-6/0C
·
Kayu ε =5x10-6/0C
c. Gaya Rangkak dan Susut
Diambil senilai dengan gaya akibat turunnya
suhu sebesar 150C
d. Gaya Rem dan Traksi
Pengaruh ini diperhitungkan dengan gaya rem sebesar
5% dari beban “D” tanpa koefisien kejut. Gaya re mini bekerja horizontal dalam
arah jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,80 m dari permukaan lantai
jembatan.
e. Gaya Akibat Gempa Bumi
Bekerja kea rah horizontal pada titik berat
kontruksi.
KS = E x G
Dimana:
KS
= koenfisien gaya horizontal (%)
G
= beban mati (berat sendiri)
dari kontruksi yang ditinjau.
E =koefisien gempa bumi ditentukan berdasarkan
peta zona gempa dan
biasanya diambil 100% dari berat kontruksi.
f. Gaya Gesekan Pada
Tumpuan Bergerak
Ditinjau hanya beban mati (ton). Koefisien gesek karet dengan baja atau
beton= 0,10 sampai dengan 0,15.
- Beban Khusus
a.
Gaya
sentrifugal
b.
Gaya Gesekan
pada Tumpuan
c.
Gaya Tumbukkan
pada Jembatan Layang
d. Beban dan Gaya selama pelaksanaan
Nama : Aisyah Bella
Npm : 10316426
Kelas : 3TA04
Nama Dosen : I Kadek Bagus Widana Putra







